Oleh: Rustam Rumatiga (Ketua Umum Himpunan Pelajar Mahasiswa Goran Tubir Tolu)
Rencana pembangunan bandara di Kab. Seram Bagian Timur (SBT), Kec. Pulau Gorum tak tepat saran. Melihat transportasi masyarakat setempat, pola perjalanan, kebutuhan, hingga frekuensi perjalanan. Apa lagi Seram Bagian Timur merupakan wilayah yang terdiri dari pulau-pulau dengan posisi yang berjauhan.
Mestinya yang menjadi prioritas Pemda ialah menambah jumlah kapal laut, rute Ambon-Bula-Gorom-Kesuy hingga Teor. Pula memperhatikan jaringan telepon yang sedang sulit di Gorom.
Keresahan dirasakan oleh masyarakat SBT (Gorom, Kesuy, dan Teor) pada saat berada di Ambon, ketika ingin pulang kampung mesti antri dari pagi hingga sore hari di kantor Pelni Kota Ambon, itupun belum pasti jumlah tiket memadai, karena keterbatasan kapal laut rute Ambon sampai ke Kesui.
Bukannya menolak adanya pembangunan bandara di Gorom, tetapi dapat diprediksi ketika bandara beroperasi masyarakat akan tetap memilih untuk transportasi kapal laut, karena mempertimbangkan faktor ekonomi dan kebutuhan prioritas warga setempat.
Mari kita cek bandara Kufar, (ibu kota kabupaten) berapa harga nominal tiket pesawat dan berapa kali frekuensi penerbangan Bula-Ambon dalam sehari, dan dalam satu hari ada berapa jumlah orang yang memilih transportasi tersebut? Itu pertanyaan mendasar untuk kita orang Gorom, Kesui, dan Teor.
Jika kita menggunakan kapal Km Sabuk Nusantara dari Gorom, kita mesti menunggu berhari-hari, bahkan menempuh waktu satu Minggu baru sampai di Ambon, begitupun jika balik ke Gorom. Jika menggunakan Km Cantika tiket relatif mahal ditambah tidak ada kejelasan jadwal dan rutenya, persoalan seperti itu yang semestinya harus diselesaikan terlebih dahulu, sebelum dihadirkan bandara di Gorom.
Kadang kala kita mau berangkat ke Ambon atau dari Ambon ke SBT (Gorom, Kesui, dan Teor) itu terpaksa, karena harga tiket yang murah (KM Sabuk Nusantara) walaupun menempuh waktu tiga sampai lima hari baru tiba pada tujuan, sehingga kadang jumlah penumpang melebihi kapasitas kapal, kita ingin memilih kapal yang waktu tempuhnya relatif cepat (KM Cantika) namun harga tiket yang mahal.
Dari persoalan tersebut harapan kami terhadap Pemda SBT harus lebih memprioritaskan dan membenahi SOP transportasi via laut, seperti halnya penambahan unit kapal laut beserta memperjelas rute dan jadwal keberangkatan.
Komentar