Oleh: Riyanto Pratama (Ketua Umum DPD GMNI Sulsel)
Bagi pejuang dalam pertempuran, mengenal senjata musuh adalah syarat untuk tidak kalah. Demikian pula dalam gerakan mahasiswa, alat perjuangan harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Tulisan ini tidak menafikan alat tradisional gerakan mahasiswa, melainkan menekankan bahwa kini ada alat tambahan baru.
Imanuel Cahyadi selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP GMNI) telah memantik diskusi terkait kontekstualisasi gerakan melalui tagline ‘GMNI Menangkan Zaman dan Sosio Teknologi’, pantik ini harus segera menyala dalam perjuangan kader GMNI membela kaum Marhaen dengan pergerakan yang relevan dengan zaman. Kita belum terlambat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, karena saat ini masihlah lembaran pertama dari peradaban ini.
Kondisi Marhaen Saat Ini
Terminologi Marhaenisme sudah kita pahami secara akademis dan historis, tetapi bagaimana kondisi Marhaen di era digital?, Marhaen kini tidak hanya hidup di dunia nyata, tetapi juga menjadi Homo Digitalis yang bergantung pada ekosistem digital yang dikendalikan kapitalis untuk menopang ekonomi mereka.
Saat ini, setiap Homo Digitalis adalah komoditas bukanlah rahasia lagi. Marhaen tidak hanya menghasilkan barang, tetapi diri mereka juga menjadi barang itu sendiri melalui data dan preferensi yang mereka tinggalkan di platform digital, sisi humanitas mereka dikesampingkan demi keuntungan kapitalis.
Konten media sosial menjadi pupuk yang menjaga keberlanjutan sistem ini, dengan konten kreator sebagai buruh digital kapitalis modern dan menjadi pekerjaan menarik bagi manusia dan berbondong-bondong mencoba menekuninya.
Persaingan dalam dunia konten terjadi tidak hanya berdasarkan kualitas, tetapi juga modal untuk memanipulasi algoritma, menciptakan ketidakadilan dalam eksposur dan penghasilan, melalui iklan konten yang membuat konten tertentu lebih unggul daripada konten lain.
Selain itu, digitalisasi juga memengaruhi sektor lain seperti ojek online, di mana rutenya dikendalikan perusahaan, dan rutenya tidak sesuai keadaan nyata dan harga jasa yang ditentukan perusahaan, serta seller market place yang harus membayar promosi agar produknya terlihat.
Pemilik market place memperoleh keuntungan berlapis dari transaksi ini. Situasi lebih kompleks dengan maraknya pinjaman online dan judi digital yang kerap menjadi alat eksploitasi oleh para perampok digital, sehingga dapat dilihat bahwa tanah-tanah digital telah dikuasai, dan ini membuat eksploitasi jenis baru berlangsung pada era sekarang.
Langkah-langkah Digitalisasi Gerakan
Saat ini, netizen dan konten kreator telah banyak menggantikan peran aktivis dalam mengawal isu-isu sosial, sayangnya aktivis sering tertinggal dalam pengawalan isu, dikarenakan kurangnya adaptasi dengan ekosistem digital.
Idealnya GMNI harus segera merumuskan langkah digitalisasi gerakan tersebut agar tetap relevan dan efektif dalam perjuangan, GMNI mesti memanfaatkan dengan terstruktur, sistematis dengan menganalisis cara kerja algoritma teknologi digital untuk kepentingan gerakan dari mulai penyebaran ideologi, pengawalan issue, tekanan politik, serta agitasi dan propaganda.
Penggunaan tagline akurat, pamflet propaganda yang kreatif, dan membentuk buzzer-buzzer gerakan semisal, GMNI dengan jumlah kader yang banyak pasti mampu melakukan hal tersebut, dan tentunya hal tersebut sangat mudah dikerjakan dengan dukungan teknologi Artificial Intelligence (AI) saat ini.
Kami berharap pada saat Kongres XXII dilaksanakan nantinya, hal tersebut dapat dirumuskan garis besarnya dan dapat dijadikan program kerja GMNI secara nasional untuk mempersiapkan gerakan-gerakan yang dapat menjawab tantangan zaman.
#Merdeka, GMNI Jaya, Marhaen Menang!
Komentar