JANGAN UBAH TATANAN ADAT YANG ADA, TERLEBIH LAGI JANGAN KORBANKAN MASYARAKAT DEMI EGO

PALOPO, ANGKASA NEWS–Terkait pengukuhan Tionghoa yang baru-baru ini dilaksanakan di Istana Kedatuan Luwu, adat Pancai Pao menganggap jika tatanan adat serta sejarah KedatuanLluwu sudah sangat jauh dari pergeseran nilai kearifan lokal.

Pabbicara Adat Pancai Pao, Mansur Abu To Palemnai meminta pihak Kedatuan Luwu versi Andi Maradang Mackulau agar sejarah Kerajaan Luwu betul-betul marwahnya dijaga dengan baik. Sehingga tidak merusak tatanan adat Tana Luwu termasuk para pemangku adat Tana Luwu, terlebih kepada para Wija To Luwu secara keseluruhan dijaga marwahnya

Kedatuan Luwu tidak pernah punya struktur Tomakaka Tionghoa apa lagi yang namanya Pangngulu Ade’ Tionghoa mulai pada zaman kerajaan sampai masuknya agama Islam hingga berubah nama menjadi Kedatuan Luwu.

Namun terkait sejarah Kerajaan Luwu yang dikisahkan dalam sejarah pertemuan Sawerigading dan We Cudai, itu bukan Cina Tionghoa yang dimaksud. Tapi kampung Cina yang ada di Wajo saat ini menjadi nama Desa Cina. Dimana zaman kerajaan daerah tersebut punya sejarah Kerajaan Cina lalu dikisahkan Sawerigading pernah memerintah di Kerajaan Cina yang tidak punya kaitan dengan Tionghoa.

“Untuk lebih jelas kita mendapatkan faktanya. Silahkan cari Desa Cina di Kabupaten Wajo. Kecamatan Pammana,” katanya.

Salah satu peristiwa itulah yang membuat hubungan Kerajaan Luwu dengan Kerajaan Wajo mempunyai hubungan erat di masa pemerintahan kerajaan.

Hanya orang yang tidak paham sejarah Kerajaan Luwu yang menghubungkan antara Kerajaan Luwu dengan keluarga Tionghoa.

Harus dipisahkan antara budaya serta ceritera sejarah Kerajaan Luwu agar tidak gagal paham mengenali kearifan lokalnya.

“Jika kita berbicara budaya Kerajaan Luwu serta budaya Tionghoa maka bisa disatukan persepsi bahwa Kedatuan Luwu dan perkumpulan Tionghoa merupakan anak turunan yang punya nilai budaya. Tapi tidak satu kisah dalam sejarah Kedatuan Luwu,” tegas Mansur Abu.

Dahulu jarak Kerajaan Luwu dengan Kerajaan Wajo sangatlah jauh jarak tempuhnya. Sebab kehidupan tidak seperti saat ini moderennya jika Wajo bisa ditempuh dalam hitungan jam.

Itulah sebabnya We Cudai dimakamkan di Kab Wajo, Kecamatan Pammana, Desa Cina. Karena asalnya memang dari zaman dahulu dikenal dengan pemerintahan Kerajaan Cina.

“Demi kepentingan pelestarian adat Tana Luwu dalam menjaga tatanan, kami minta agar seluruh pemangku adat Tana Luwu jangan mrengakui sejarah Kedatuan Luwu punya kaitan dengan sejarah Tomakaka atau Pangngulu Ade Tionghoa. Atas nama Adat Pancai Pao kami tegaskan bahwa pelantikan di Istana Kedatuan Luwu istilah tomaka atau pangngulu ade’ Tionghoa kami anggap kegiatan yang membingungkan wija to Luwu,” kunci Mansur Abu. (ari)

Komentar