MAKASSAR, ANGKASA NEWS– Mencuatnya nama Andi Iwan Darmawan Aras (AIA) di Pilgub Sulsel, sekejap mengubah peta politik.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr. H. Hasrullah, M.A., mengatakan, klaim politik pasangan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi bakal diusung koalisi besar yang melibatkan Gerindra dan Prabowo sudah terbantahkan.
“Saya yakin, Pak Prabowo sekarang sudah memiliki catatan dan skema Pilgub di semua daerah. Jadi, wajar jika yang diutamakan kadernya sendiri, bukan pendatang baru yang baru muncul setelah Pilpres dan menjadi sok lebih Gerindra daripada kader Gerindra itu sendiri,” ujar Dr. Hasrullah, Rabu (19/06/2024).
Pakar Komunikasi Politik Unhas ini juga menanggapi kabar yang beredar pasca pertemuan empat mata antara Mohammad Ramdhan Pomanto atau Danny Pomanto dengan AIA, baru-baru ini di Makassar. Menurut Hasrullah, pertemuan empat mata itu, merupakan komunikasi politik untuk membuka ruang kerjasama di Pilgub.
“Ini skema yang sangat cantik. Danny itu, jadi Wali Kota Makassar 2019 kemarin, karena diusung Partai Gerindra. Nah, ini jadi kode keras, Gerindra dan Danny akan melanjutkan kerjasama politik di Pilgub Sulsel. Bisa makin cantik ini barang kalau dipasangkan,” ungkap Hasrullah.
Meskipun demikian, Hasrullah mengaku tak ingin tergesa-gesa menyimpulkan poros yang ada di Pilgub.
“Ini masih dinamis, baru terdeteksi komunikasi politik awal untuk memulai deal politik. Yang pasti, munculnya AIA sebagai usungan Partai Gerindra, itu menenggelamkan pamor Sudirman-Fatma,” ujar dia.
Bahkan, lanjut Hasrullah, saat ini santer berhembus isu, bahwa pasangan Sudirman-Fatma belum mendapat restu dari Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh (SP). Sehingga pasangan ini, menurutnya, masih labil dan rapuh.
“Sudah ada tanda-tanda tidak lanjut. Saat mereka menyebar informasi berpasangan, eh, malah ada komplain dari NasDem, ternyata mereka belum direstui SP,” lanjutnya.
Selain itu, Hasrullah memperkirakan, Pilgub Sulsel 2024, paling banyak akan diikuti tiga pasangan calon dan potensi head to head sangat terbuka. Mengenai wacana membangun skema kotak kosong, karena ada calon yang memboyong semua partai ditepis oleh Hasrullah.
“Itu sama saja menampar para Ketum parpol, bahwa mereka bisa disumpal dengan uang, sehingga tidak bisa mengusung calon lain,” tutup Hasrullah.
Komentar