Pekan Ketiga YES-P Program, Penerima Forbes 30 Under 30 Hadir Sebagai Pembicara

MAKASSAR, ANGKASA NEWS–Berlangsungnya YES-P Program telah memasuki pekan ketiga. Dalam sepekan terakhir, peserta dari tiga negara yaitu Indonesia, Nigeria, dan Amerika Serikat, mulai sibuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh tim dan para mentor.

Salah satunya, tugas yang mereka lakukan adalah mengunggah kampanye melalui media sosial terkait hal-hal yang mereka pelajari selama mengikuti kelas.

Kelas YES-P sendiri berlangsung satu kali dalam sepekan yang jatuh pada Sabtu (29/6/2024), melalui platform Zoom.

Kelas ini dirancang untuk mempersiapkan anak muda dari tiga negara untuk menjadi agen perubahan di sekitar mereka.

Pemahaman untuk generasi muda sangat penting untuk dikembangkan mengingat isu lingkungan sangat menyangkut keberlanjutan (sustainability). Artinya, tindakan yang diambil untuk kepentingan lingkungan, adalah tindakan untuk masa depan.

Pekan ini, YES-P menghadirkan dua pemateri dan aktivis lingkungan yang berasal dari Bangladesh. Tanzeel Rashid dan Shomy Hasan Chowdhury. Bahkan salah satu pembicara, yakni Shomy adalah sosok individu yang masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30.

Daftar ini merupakan daftar anak muda yang berusia di bawah 30 tahun dari kalangan pengusaha, pemimpin, aktivis, professional, dan pekerja seni yang berhasil membuat sebuah terobosan.

Tanzeel yang merupakan pembicara pertama dalam kelas kali ini memaparkan materi mengenai ‘Peran dan Peluang Generasi Muda untuk Menangani Krisis Iklim’.

Ia membuka presentasinya dengan memberikan potongan quotes dari Antonio Guterres tentang pentingnya peran generasi muda menjaga keseimbangan manusia dan alam.

“Untuk memahami penanganan krisis iklim, ada tiga komponen penting yang perlu ditinjau terlebih dahulu yakni keadilan sosial, kesetaraan gender, dan pemberdayaan anak muda seperti ini yang kita lakukan sekarang. Kita harus menyadari bahwa krisis iklim berdampak besar ke masyarakat kalangan bawah. Selain itu, dalam komposisi gender, perempuan menempati posisi rentan dalam krisis ini karena Ketika bencana alam terjadi, perempuan kesulitan untuk melakukan sanitasi pribadi,” terang Tanzeel.

“Adapun hal yang bisa dilakukan untuk menjadi andil dalam mengurangi dampak dari krisis iklim ada lima yaitu 1) meningkatkan kualitas pendidikan 2) membuat pelatihan berbasis wawasan lingkungan di masyarakat 3) melibatkan lebih banyak pihak 4) meluaskan akses informasi terkait kondisi iklim 5) menciptakan relasi antar negara,” pesan Tanzeel kepada para peserta.

Di sesi berikutnya, sang perempuan muda yang masuk daftar Forbes 30 Under 30, Shomy membagikan pengalaman suksesnya sebagai pemimpin muda sekaligus aktivis lingkungan.

Pada sesinya, Shomy memutarkan video yang berisi kisah perjalanannya memulai proyek pertamanya. Dalam video tersebut, ia menampilkan dirinya menjalankan sebuah proyek yang bergerak di bidang peningkatan kesadaran sanitasi di masyarakat.

Dari sanalah, Shomy memulai perjalanannya hingga berhasil mendirikan Awareness 360, sebuah lembaga non-profit yang berfokus membantu Global Goal dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Shomy tersenyum sumringah di hadapan kamera sejak disilahkan untuk memaparkan materinya. Ia menjelaskan bagaimana seharusnya menjadi pemimpin dalam sebuah gerakan atau organisasi.

“Pentingnya mengetahui visi hidup adalah poin penting untuk menjadi seorang pemimpin. Dari sana, kita bisa memupuk passion (ketertarikan) kita terhadap sebuah isu. Setelah mengidentifikasi kedua hal tersebut, kita akan terjun langsung ke masyarakat untuk melihat masalah tersebut secara lebih komprehensif. Cobalah melakukan inovasi atau proyeksi dari sana, kemudian lihatlah hasilnya. Setelah itu, lakukan evaluasi dan lakukan dengan skala yang lebih besar lagi,” ujar Shomy.

Shomy juga menjelaskan ke peserta untuk fokus membangun karakter diri agar dapat menjadi motivasi.

“Menjadi pemimpin adalah tentang membangun karakter. Bahwa karakterlah yang membuat seseorang mau bergerak. Karakter memberikan dorongan pada diri dan pada orang sekitar,” pungkasnya.

Para peserta terlihat antusias mengikuti kelas hingga akhir. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan. Sesi ini ditutup dengan foto Bersama.

Komentar