LUWU TIMUR, ANGKASA NEWS – Ekspansi tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk di Blok Tanamalia terancam merampas sumber penghidupan sekitar 3.200 keluarga petani lada/merica, yang ada di wilayah Loeha Raya, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel.
Pasalnya, Blok Tanamalia merupakan wilayah perkebunan merica masyarakat, yang bisa menyerap tenaga kerja hingga 40 ribu setiap musim panen.
Diketahui sejak 1968, PT Vale Indonesia Tbk memperoleh konsesi seluas 17.776,78 hektare di wilayah Tanamalia, atau 15 persen dari seluruh konsesi perusahaan tersebut di tiga provinsi, yang mencakup Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Petani merica setempat, Ilham Nasir mengungkapkan pihaknya bingung harus berbuat apa jika PT Vale benar-benar menambang kebun merica mereka.
Pasalnya, pemerintah dan DPR terkesan tidak berpihak kepada masyarakat petani merica.
“Sejak puluhan tahun lalu, kami telah menggarap kebun di wilayah Tanamalia, dan telah menjadi satu-satunya sumber penghidupan kami. Sehingga jika kebun kami ditambang, maka kami tidak tau harus kemana lagi mencari sumber penghidupan,” ujarnya, kepada Angkasa-news.com, Senin 16 Oktober 2023.
Untuk itu, kata Ilham, pihaknya menolak keras keberadaan tambang di lokasi perkebunan. Selain merampas sumber penghidupan mereka, juga merusak sumber mata air warga sekitar.
“Sebanyak 3.200 keluarga petani merica menginginkan lahan perkebunan merica seluas 4.239 hektare dan kawasan hutan seluas 17 ribu hektare dilepaskan dari wilayah konsesi perusahaan tambang tersebut,” tandasnya.
Ilham juga mengatakan, lahan seluas satu hektare bisa ditanami seribu tanaman merica, yang bisa menghasilkan 2,5 sampai 3 ton per tahun.
Pada masa panen, jelas dia, akan tersedia banyak lapangan kerja, mulai dari pemetikan hingga pengangkutan.
“Perkebunan merica ini bisa menyerap tenaga kerja per tahun, dari lima desa itu sekitar 35.000 sampai 40.000 tenaga kerja, dengan gaji per hari rata-rata Rp100.000,” katanya. (fhm)
Komentar